Terumbu Karang Terus Memutih, Apa Dampaknya Bagi Manusia? - Warta 24 Sulawesi Tengah
GRID_STYLE

Post/Page

Weather Location

{fbt_classic_header}
www.uhamka.ac.id/reg

Terumbu Karang Terus Memutih, Apa Dampaknya Bagi Manusia?

Terumbu Karang Terus Memutih, Apa Dampaknya Bagi Manusia?

Dok. Rully Nasution Beragam jenis terumbu karang tumbuh dengan subur di Teluk Tomini, Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Hal ini disebabkan oleh kondisi perairannya yang kond…

Terumbu Karang Terus Memutih, Apa Dampaknya Bagi Manusia?

Beragam jenis terumbu karang tumbuh dengan subur di Teluk Tomini, Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Hal ini disebabkan oleh kondisi perairannya yang kondusif, seperti arus yang tenang dan cahaya matahari yang cukup. Airnya sangat tenang karena bersada di teluk yang luas, sehingga aman bagi para penyelam. Teluk ini menjadi salah satu destinasi selam yang disebut-sebut akan menjadi komoditas unggul milik Kabupaten Parigi Moutong.Dok. Rully Nasution Beragam jenis terumbu karang tumbuh dengan subur di Teluk Tomini, Parigi Moutong, Sulawesi Tengah. Hal ini disebabkan oleh kondisi perairannya yang kondusif, seperti arus yang tenang dan cahaya matahari yang cukup. Airnya sangat tenang karena bersada di teluk yang luas, sehingga aman bagi para penyelam. Teluk ini menjadi salah satu destinasi selam yang dise but-sebut akan menjadi komoditas unggul milik Kabupaten Parigi Moutong.

KOMPAS.com - Perubahan iklim ternyata punya dampak besar pada terumbu karang. Hal ini diungkapkan dalam sebuah penelitian terbaru.

Dalam penelitian tersebut diungkapkan bahwa karang memutih lebih banyak dan lebih sering karena pemanasan perairan laut. Pemutihan karang ini bisa menyebabkan karang tersebut mati.

Padahal, seperti yang kita ketahui, karang merua=pakan penyedia makanan dan keuntungan bagi ribuan spesies. Maka, risiko bahwa karang akan menghilang di masa depan bisa saja terjadi jika kita tak menghentikan perubahan iklim.

Temuan ini didapatkan setelah para peneliti menganalisis data tentang kejadian di 100 lokasi terumbu karang di seluruh dunia mulai dari 1980 hingga 2016. Mereka menemukan bahwa tingkat pe mutihan karang meningkat lebih dari empat kali lipat dalam periode tersebut.

Baca juga: Biomassa Jadi Kunci Jaga Keanekaragaman Hayati Ikan Karang

Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Science ini, hal tersebut dikarenakan perairan laut yang mengalami pemanasan.

Pemutihan sendiri terjadi karena alga berwarna-warni yang hidup dalam karang dikeluarkan. Biasanya, hal ini terjadi karena air di sekitarnya terlalu hangat atau terlalu dingin, karena pasang surut yang ekstrem.

Sayangnya, hal ini merupakan bencana untuk terumbu karang. Itu karena alga atau ganggang menyediakan 90 persen energi karang.

Dengan kata lain, tanpa alga karang menjadi putih seperti kelaparan.

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa pemanasan global menyebabkan karang memutih dan kadang mati. Namun penelitian terbaru ini memberi gambaran nyata seberapa sering kejadian pemutihan ini sekarang terjadi dibanding di masa lalu.

" Jumlah percepatan yang kami lihat benar-benar mengejutkan," kata Mark Eakin, ahli terumbuh karang dikutip dari The Verge, Kamis (04/01/2018).

"(Ini) membingungkan dan angat menakutkan saat Anda mempertimbangkan apa artinya bagi masa depan terumbu karang," sambung lelaki yang menjadi koordinator NOAA's Coral Reef Watch tersebut.

Baca juga: Ekpedisi Terumbu Karang Taman Nasional Teluk Cenderawasih Dimulai

Air laut yang memanas menyebabkan karang memutih lebih sering, tak hanya saat terjadi El-Nino saja tapi pola iklim berulang yang membawa air hangat ke Samudera Pasifik tropis juga mempengruhi cuaca di seluruh dunia.

Menurut Eakin, salah satu pemutihan karang global terjadi mulai pada Juni 2014 dan berlanjut selama tiga tahun pada Mei 2017.

Tery Hughes, co-author penelitian ini menyebut bahwa sebelum 1980-an, kasus pemutihan karang tidak pernah terjadi. Hughes juga menjelaskan, pemutihan karang pernah te rjadi pada 1980-an dan 1990-an.

Hal ini terjadi terutama saat El Nino yang sangat kuat. Tapi saat ini perairan laut begitu hangat sehingga "tidak memerlukan El Nino untuk tingkat pemutihan karang bahkan dalam skala global," kata Eakin.

Kehilangan terumbu karang merupakan hal buruk bagi lingkungan dan manusia. Pasalnya, lebih dari 25 persen spesies laut bergantung pada terumbu karang untuk bertahan hidup.

Selain itu, terumbu karang juga melindungi garis pantai dari badai dan menyediakan makanan untuk masyarakat di negara seperti Indonesia dan Filipina. Di Australia, terumbu karang yang disebut Great Barrier Reef menyediakan pendapatan dan lapangan kerja dari sektor pariwisata dan penangkapan ikan bagi hampir 70.000 orang.

Cara terbaik melindungi terumbu karang adalah dengan megatasi perubahan iklim. Membatasi emisi gas rumah kaca utuk memenuhi kesepakatan Paris yang menjaga pemanasan global di bawah 1,5 sampai 2 derajat Celcius adalah kunci, kata Hughes.

Baca juga: Demi Bertahan Hidup, Karang Perairan Dalam Gunakan ?Trik Sulap?

Salain itu, mengurangi polusi air, penangkapan ikan perlebihan, dan perusakan habitat mutlak dilakukan.

Saat ini, para ilmuwan juga sedang mencoba mengembangkan karang super yang tahan terhadap pemanasan air. Para peneliti Australia juga mencari cara pendinginan air laut di sekitar terumbu karang saat pemutihan terjadi, untuk mengatasi kerusakan tersebut.

Berita Terkait

Kapal Inggris Rusak 1.600 Meter Persegi Terumbu Karang Raja Ampat

Kerusakan Karang Raja Ampat akibat Ka pal Inggris 8,5 Kali Lebih Besar

Kabar Baik, Pemulihan Terumbu Karang Indonesia Berjalan Positif

Sadar Perubahan Iklim, China akan Buat Hutan Baru Seluas Irlandia

Terkini Lainnya

Terapi Memutihkan Penis Jadi Tren di Thailand, Apa Risikonya?

Terapi Memutihkan Penis Jadi Tren di Thailand, Apa Risikonya?

Oh Begitu 06/01/2018, 21:50 WIB Bilangan Prima Terbesar Ditemukan, Panjangnya 23 Juta    Digit

Bilangan Prima Terbesar Ditemukan, Panjangnya 23 Juta Digit

Fenomena 06/01/2018, 21:12 WIB Terumbu Karang Terus Memutih, Apa Dampaknya Bagi Manusia?

Terumbu Karang Terus Memutih, Apa Dampaknya Bagi Manusia?

Oh Begitu 06/01/2018, 21:05 WIB Sadar Perubahan Iklim, China akan Buat Hutan Baru Seluas Irlandia

Sadar Perubahan Iklim, China akan Buat Hutan Baru Seluas Irlandia

Oh Begitu 06/01/2018, 20:33 WIB Rahasia Mematikan Malaria Terungkap, Bisa Jadi Jalan untuk Vaksin Baru

Rahasia Mematikan Malaria Te rungkap, Bisa Jadi Jalan untuk Vaksin Baru

Fenomena 06/01/2018, 20:04 WIB 'Babi Terjelek di Dunia' Ditemukan di Indonesia, Seperti Apa?

"Babi Terjelek di Dunia" Ditemukan di Indonesia, Seperti Apa?

Oh Begitu 06/01/2018, 19:07 WIB Dokter UI Patenkan Rumus Pendeteksi Migrain

Dokter UI Patenkan Rumus Pendeteksi Migrain

Oh Begitu 06/01/2018, 18:05 WIB Terlalu Dingin, 4 Hiu Ditemukan Membeku di Pesisir AS

Terlalu Dingin, 4 Hiu Ditemukan Membeku di Pesisir AS

Oh Be gitu 06/01/2018, 17:00 WIB Ini yang Mungkin Anda Katakan Saat Mengigau

Ini yang Mungkin Anda Katakan Saat Mengigau

Kita 06/01/2018, 14:05 WIB Bagaimana Perubahan Iklim Menciptakan Ledakan Pengungsi di Eropa?

Bagaimana Perubahan Iklim Menciptakan Ledakan Pengungsi di Eropa?

Kita 06/01/2018, 12:05 WIB 6 Inovasi yang Akan Mengubah Dunia Menurut Bill Gates

6 Inovasi yang Akan Mengubah Dunia Menurut Bill Gates

Oh Begitu 06/01/2018, 10:05 WIB Infeksi Hepatitis Ada Sejak Ratusan Tahun, Mumi Anak Ini Buktinya

Infeksi Hepatitis Ada Sejak Ratusan Tahun, Mumi Anak Ini Buktinya

Oh Begitu 05/01/2018, 21:33 WIB Daftar Diet Terbaik 2018: Keto Peringkat Buncit, DASH Nomor Satu

Daftar Diet Terbaik 2018: Keto Peringkat Buncit, DASH Nomor Satu

Kita 05/01/2018, 21:03 WIB Bukan Cuma Manusia yang Bisa Kentut, Hewan-hewan Ini Juga

Bukan Cuma Manusia yang Bisa Kentut, Hewan-hewan Ini Juga

Oh Begitu 05/01/2018, 20:33 WIB Fenomena Supermoon Biru Sekaligus Gerhana akan Terlihat di Indonesia

Fenomena Supermoon Biru Sekaligus Gerhana akan Terlihat di Indonesia

Fenomena 05/01/2018, 20:06 WIB Load MoreSumber: Google News | Warta 24 Parigi Moutong

Tidak ada komentar